puisi

puisi

Minggu, 29 Juli 2018

MA YPIA Cikeris Juara, Ini Bukti Bahwa Madrasah Hebat, Madrasah Bermartabat!

Aris Report, Purwakarta - Team futsal MA YPIA Cikeris berhasil mengukuhkan diri sebagai juara ME Cup 2018 yang diselenggarakan oleh Politeknik Enjenering Indorama pada Minggu (29/7/2018) di GOR Disporaparbud Purwakarta. Turnamen futsal ini merupakan kompetisi futsal tingkat SLTA yang sangat bergengsi untuk wilayah Purwasuka (Purwakarta, Subang, dan Karawang).

Kepastian juara  itu didapat setelah team futsal MA YPIA Cikeris mampu menumbangkan perlawanan sengit SMAN 1 Darangdan di partai final dengan skor tipis 3-2. Bahkan Jejen CS harus tertinggal 2-0 terlebih dahulu sebelum akhirnya mampu membalikan keadaan menjadi 3-2. Sehingga pertandingan  final ini pun diakhiri tangis kebahagiaan oleh anak-anak MA YPIA Cikeris.

"Saya kira, ini lebih kepada motivasi anak-anak saja untuk juara, setelah ke-3 (tiga) kalinya mereka mengikuti turnamen di tempat yang sama, tentunya motivasi mereka sangat kuat untuk menjuari turnamen kali ini. Sering kali saya tekankan kepada anak-anak sebelum pertandingan, bahwa kalau tidak kali ini juara, maka tidak ada kesempatan lain lagi untuk juara. Saya kira motivasi itu membuat mereka lebih terbakar untuk menjuari setiap pertandigan" ujar bapak Kiki Sya'roni, S.Pd. selaku Team Official MA YPIA Cikeris kepada Aris Report.

Selain motivasi yang diberikan oleh bapak Kiki Sya'roni, S.Pd. ternyata ada motivasi lain yang membuat anak-anak semangat untuk menjuari turnamen kali ini. "Saya ingin membuktikan kepada semua orang, bahwa MA YPIA Cikeris juga bisa berprestasi dalam bidang olahraga, terutama futsal." Ucap Jejen Zenal Arifin (XII MIA) yang merupakan Kapten Team Futsal MA YPIA Cikeris.

Seperti yang penulis ketahui, bahwasannya turnamen ini diikuti oleh 30 sekolah SLTA (SMA/MA/SMK) se-Purwasuka (Purwakarta, Subang, dan Karawang). Dan MA YPIA merupakan satu-satunya sekolah Madrasah Aliyah yang mengikuti turnamen ini. Torehan juara yang diraih MA YPIA Cikeris membuktikan bahwa Madrasah juga tidak kalah dari sekolah SMA ataupun SMK dalam bidang olah raga. Sehingga tak heran jika Kementerian Agama membuat jargon "Madrasah Hebat, Madrasah Bermartabat". Hal ini dibuat tak lain agar siswa-siswi Madrasah lebih termotivasi dalam segala hal.

Dari hasil tersebut, team futsal MA YPIA Cikeris berhak membawa pulang piala juara 1, sertifikat dan uang pembinaan sebesar Rp. 2.000.000. Selain itu juga, Kapten team futsal MA YPIA Cikeris yakni Jejen Zenal Arifin dinobatkan sebagai Pemain Terbaik ME Cup 2018 dan berhak membawa pulang sertifikat serta goodybag dari Politeknik Enjenering Indorama.

"Alhamdulillah, hasil yang sangat menggembirkan. Terima kasih buat guru, teman dan alumni yang telah mendukung kita, dan buat para pemain terima kasih juga telah mengharumkan nama sekolah". Pungkas Jejen Zenal Arifin kepada Aris Report.
Photo Pemain dan Official Team Futsal MA YPIA Cikeris, Usai Menjuari ME Cup 2018

Jumat, 20 Juli 2018

Menikah, Menggenapkan Dua Insan dan Menunggalkan Keimanan.

Oleh: Aris Hidayatullah

         Genap. Adalah utuh, lengkap dan tidak ganjil. Begitupun pernikahan, bukan hanya tentang melepas status dari aku menjadi kita, lebih dari itu pernikahan menjadi awal untuk saling melengkapi diantara dua insan yang berbeda, hingga menjadi jalan untuk lebih mendekatkan diri kepada Rabb-Nya. Pernikahan bukan soal tentang mengedepankan perasaan sendiri, akan tetapi juga tentang perasaan orang yang menggenapi. Menyatukan adalah esensi dari pernikahan, termasuk menyatukan perasaan agar terucapnya kata bahagiamu adalah bahagiaku, sedihmu juga sedihku. Jika sudah begitu, maka lengkpalah tulang rusuk yang hilang itu, memulai cerita hidup baru dengan menggenap.

         Dalam prosesnya, menggenap itu ada yang cepat, ada juga yang lambat. Karena dalam menggenapkan itu perlu waktu untuk menemukan potongan rusuk yang hilang agar bisa disandingkan dalam sebuah ikatan pernikahan. Walaupun telah ditemukan, terkadang potongan itu tidak pas dengan tulang rusuk yang ada. Ya, tidak cocok. Akan tetapi dalam pernikahan itu bukan soal cepat atau lambatnya. Namun, soal kesungguhan mempersiapkan serta memantaskan diri dalam ruang tunggu sampai waktu menggenap itu tiba.

         Tatkala menggenap tiba, banyak kebahagian dan kemungkinan tercipta. Bahkan ruang tunggu itu pun akan masih ada, namun dengan objek yang ditunggunya beda. Seperti menunggu saat-saat mengganjil, yaitu saat generasi pertama dari penggenapan akan hadir. Yang tak kalah penting, menikah juga merupakan upaya menyempurnakan setengah Agama. Karena dengan menikah pandangan serta syahwat akan terjaga, setiap kasih dan sayang menjadi nilai ibadah bukan lagi sumber dosa berjamaah. Menikah harus menambah ketaatan kepada Sang Pencipta serta kebaikan kepada sesama. Ya, selain menggenapkan dua insan, pernikahan juga menunggalkan keimanan.

         Selamat menggenap Guruku. 
Bapak Andri Ramdani Sumarna, M.Pd. dengan Ibu Ajeng Isti Pratiwi, S.P.


         Muridmu ini masih betah di posisi ganjil dan lebih memilih menyibukkan dengan studinya, untuk sekedar melangkah di ruang tunggunya saja belum siap, karena belum pantas menggenapkan diri.
Photo Mempelai Pengantin (Andri Ramdani Sumarna, M.Pd dan Ajeng Isti Pratiwi, S.P.) Gedung Balai Sartika Convention Hall, Bandung 21 Juli 2018

Selasa, 17 Juli 2018

Menulis, Pengikat Sebuah Ingatan.

Oleh : Aris Hidayatullah
         Menulis. Bagi saya, ketika mendengar kata tersebut langsung terbayang tugas resume, tugas cerpen, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan secarik kertas dan seonggok pena atau pensil. Tak bisa dipungkiri lagi, semua bayang-bayang itu muncul karena dari pengalaman masa lalu yang saya alami, terutama saat masa Sekolah Dasar (SD). Karena pada masa SD dulu, di sekolah saya belum menggunakan buku penunjang belajar berupa LKS (Lembar Kerja Siswa), hanya berupa buku paket yang disediakan di perpustakaan. Seperti yang kita ketahui bahwasannya buku paket itu milik sekolah bukan milik pribadi seperti buku LKS, sehingga mau tidak mau kita harus menulis apa yang ada di buku paket tersebut ke dalam buku catatan agar kita punya tulisan untuk dibaca. Ini berbanding terbalik dengan sekolah yang menggunakan buku LKS, karena di LKS sudah ada tulisan mengenai apa yang akan dibahas, sehingga siswa tak perlu lagi menulis, cukup membaca, memahami, dan mengisi setiap soal yang disediakan.
         Dari latar belakang di atas, pada saat itu menulis merupakan sesuatu kegiatan yang sangat saya benci, apalagi jika yang harus ditulisnya banyak, pasti saya menulis sambil ngomel-ngomel sendiri gitu, menggerutu dalam hati seperti yang menolak tapi saya pun butuh akan hal yang ditulis itu. Jadi kepaksa deh nulisnya, tetapi walaupun begitu Alhamdulillah nulisnya selalu selesai juga.
         Seiring berjalannya waktu, saya menulis bukan lagi karena dasar keterpaksaan, melainkan atas dasar kebutuhan. Apapun yang menurut saya penting pasti saya menuliskannya dalam sebuah buku atau sekarang lebih simplenya di dalam handphone karena ada fasilitas catatan. Kenapa saya menulis? Karena dengan menulis selain tujuan pokoknya memindahkan apa yang kita peroleh ke dalam catatan agar tidak hilang atau lupa. Akan tetapi juga dengan menulis, kita secara tidak langsung menghafal apa yang kita tuliskan. Dan bagi saya pribadi jika sesuatu yang dihafal sambil ditulis itu hasil daya ingatnya akan lama. 
         Dalam kitab Kaifiyatu Tadwiinul Ilmi wa Hifdzul Fawaaidi, Syaikh Shalih Abdil Aziz Sindi berpesan : “Janganlah malas! Jangan sampai setan mendatangi anda lalu menjadikan anda tidak butuh lagi menulis. Menulis itu hal yang penting. Karena akan datang suatu hari dimana anda membutuhkan faidah (yang anda tulis) ini. Inilah ilmu yang langgeng!” 
         Dari ungkapan yang disampaikan oleh Syaikh Shalih Abdil Aziz Sindi di atas, bisa kita pahami bahwa menulis itu sangatlah penting. Karena dengan menuliskan sesuatu yang kita dengar itu akan menjadi abadi, dibandingkan dengan hanya mendengarkan saja, karena lambat laut kita akan lupa. Begitupun dengan ungkapan Imam Syafe'i, ia berkata: “Ilmu ibarat hewan buruan, dan tulisan ibarat tali pengikatnya. Oleh karena itu ikatlah hewan buruan mu dengan tali yang kuat.” Supaya ilmu tidak hilang karena keterbatasan memori otak manusia dalam menyimpan suatu ingatan, maka hendaklah kita senantiasa menuliskannya agar ketika kita lupa, kita tidak akan sulit mencari dan menghafalkannya lagi karena kita telah mengikat ilmu itu dengan tulisan yang kita tulis.
         Selain itu juga, dengan menulis dapat melatih kemampuan berbahasa kita, dilihat dari pemilihan kata dalam setiap kalimat, penggunaan bahasa yang baik dan benar, penempatan tanda baca, dan lain sebagainya. Maka tak heran di dalam buku Retorika Modern Pendekatan Praktis karya Jalaluddin Rakhmat ia menyebutkan bahwa sekelas Abraham Lincoln yang merupakan presiden ke 16 Amerika Serikat pun ketika diberi tahu oleh Everett untuk “mengucapkan sepatah dua patah kata” pada sebuah acara peringatan di Gettysburg, Amerika Serikat. Ia lantas mempersiapkan pidatonya berhari-hari, menyusun pidatonya lalu menuliskan rancangan pidato itu pada kertas buram dan disimpannya di dalam topi suteranya. Dan ketika berpidato hasilnya sangat memukau, semua yang hadir seolah terhipnotis oleh kata-kata Lincoln yang sebelumnya dipersiapkan melalui secarik tulisan dalam kertas buram.
         Maka dari itu, mari kita biasakan dan budayakan menulis dalam setiap aktivitas kita, agar kelak kita mendapatkan manfaat dari apa yang kita tulis. Dimulai dari hal terkecil seperti menulis dalam buku diary, minimal sehari selembar. Ketika hal tersebut sudah menjadi kebiasaan, saat kita tidak menulis maka akan ada sesuatu yang terasa kurang. 
         Mari menulis, saya pun sedang berusaha membiasakan menulis.

__________________
Referensi :
        Syaikh Shalih Abdil Aziz Sindi. 2017. Kitab Kaifiyatu Tadwiinul Ilmi wa Hifdzul Fawaaidi, Jakarta: Al-Wasathiyah wal I'tidal Digital Publishing (e-book/PDF)
     Rakhmat, Jalaluddin. 1998. Retorika Modern Pendekatan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Jumat, 13 Juli 2018

Aris, menulis.

Oleh: Admin
  Perkenalkan, Aris Hidayatullah. Lelaki beruntung kelahiran Purwakarta tanggal 7 Oktober. Anak kedua dari dua bersaudara (anak bungsu). Saat ini ia sedang melanjutkan pendidikannya dari jenjang SLTA ke bangku perkuliahan di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Bandung. Awal masuk kuliah, ia sering menggrutu bahwa ia salah jurusan, betapa tidak ia berkata seperti itu, ia sadar diri bahwa ia tidak memiliki basic dalam disiplin ilmu yang saat ini ia tempuh. Walau begitu, ia tetap berusaha memantaskan diri agar layak duduk berdampingan dengan orang-orang yang memang satu linear antara kemampuan, keinginan dan disiplin ilmu yang mereka tempuh.
       Terlepas dari anggapan ia mengenai “salah jurusan” tapi sekarang ia enjoy dan menikmati setiap proses studi yang ia jalani. Sekarang, ia sedang mencoba belajar menulis. Ini bukan mengenai hoby barunya, karena jika disebut hoby maka ia akan menulis setiap waktu dan setiap saat, akan tetapi ini hanya keisengan dia dalam mengisi waktunya yang luang.
     Dan postingan mengenai perkenalan Aris Hidayatullah ini merupakan tulisan pertamanya yang dimuat dalam blog. Ya, sekarang ia ingin mengabadikan setiap keisengan tulisannya dalam sebuah jejaring sosial. Ia beranggapan dengan sering menulis, baik itu berupa tulisan diary, fiksi, atau bahkan tulisan ilmiah dapat melatih diri agar pandai berkata yang dituangkan dalam aksara, dan tak mustahil kata-kata yang digunakan dalam setiap penulisannya akan terbawa dalam gaya berbicara. Ya, dalam hal ini jadi pandai berbicara, bukan berbicara layaknya seorang orator ulung yang mampu menghipnotis pendengar dengan setiap kata dan kaliamat yang diucapkan. Akan tetapi, yang diharapkan disini adalah berbicara yang baik dan benar, bicara yang enak didengar, bicara yang mudah dimengerti dan dipahami lawan bicara atau pendengar dalam sebuah diskusi dan pidato.
       Sekarang ia membuat sebuah akun blog yang dinamai catatan97aris.blogspot.com. Ya, akun blog ini merupakan media publikasi setiap tulisannya. Bagi dia ngeblog bukan hal yang baru, karena sejak duduk di bangku kelas 2 SLTA ia sudah memiliki blog,, bahkan 2 blog sekaligus yang ia kelola. Yang pertama blog pribadi miliknya, dan  yang kedua blog kelas, bisa dibilang admin gitu lah. Ya, itu semua berawal dari tugas guru mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang memperkenalkan dunia blog, lalu akhirnya siswa disuruh membuat blog. Namun, karena saat itu ia tidak suka menulis, dan belum merasakan manfaat dari menulis  sehingga blog-blog yang ia kelola terbengkalai, walaupun sesekali ngepost pasti hasil copy paste. Maklum, dahulu belum tahu etika menulis. Tapi untuk tulisan-tulisan saat ini yang mungkin ia akan posting di blog ini  insya Allah asli dari buah pikir, perenungan, serta olah rasa dari ia sendiri, kalaupun harus mengutip sebuah pernyataan dari buku atau pemikiran dari seorang tokoh pasti akan disebutkan dalam tulisannya kali ini.
         Entah tulisan seperti apa yang akan dia muat, mungkin berupa diary, cerita fiksi, tulisan ilmiah dari setiap tugas-tugas perkuliahannya, atau bahkan berupa opini dia tentang segala hal, baik itu berupa artikel pendidikan, sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Akan tetapi, ia takan produktif dalam menulis seperti layaknya blogger pada umumnya, karena memang menulis bukan suatu rutinitasnya, hanya tahap membiasakan menulis dalam mengisi waktu luang, mudah-mudahan ada manfaat yang ia peroleh. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap intensitas dalam postingannya di blog, tidak menentu berapa hari, minggu, bulan atau bahkan berapa tahun seklai ia akan memuat tulisannya di akun blog ini. Tapi, ya… kita tunggu saja setiap postingannya.
     Selamatmenulis, dari Aris Hidayatullah, yang tak lain adalah saya sendiri admin akun blog ini.